Di kota meratap
terpinggirkan oleh derap laju
lalu lari kembara tak menentu
mengikuti kata bathinmu
tak jemu langkahmu
meraup saduran rindu dari cawan empedu
selesai itu terbelenggu rasa malu
yang menerpa wajahmu
adakah empati mengalir dari sela jari
tertatih di tapak kaki
dinanti sepi menyesali diri
selepas hari tergugat hati
gerhana mengalun
saatku berpantun
dan dia terbangun
lalu tertegun
menyandar sejenak
lalu larut berkisah
tentang luputnya gundah
berakhir indah
terisakisak tak lagi berharap
senandung yang sama
kembali terulang
sudah lepaskan semua
13 oktober 2011, Utara Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar