Kamis, 10 Oktober 2013

AROMA PEMBICARAAN YANG MATI

Pagi memilih wajahnya di rumah ibuku. Resepsionis itu belum standby di tempatnya. Mungkin ia bercumbu dengan data pelanggan rumah sakit di balik brankas. Mungkin pula ia meracik obat untuk kata yang terluka tanpa sepengetahuan apoteker. Aku ingin membawa pulang ibuku ke rumahnya. Menyuapinya bubur ayam, termos aluminium juga botol air mineral kosong. Dadaku berkabung menatap pelataran parkir yang melompong dalam kebohongan. Mengertikah dirimu ? dendammu menelanjangi pipih tubuhmu sendiri. Tak mungkin bohlam redup itu menukar nyawanya barang sedetik pun. Sedangkan pintu kaca itu tak pernah berbohong. Ujung ke ujung yang terhirup hanya aroma pembicaraan yang mati. Dari putih lantai ini hingga ke hangat bentangan tikar semalam.

Aku takkan meninggalkanmu sendirian. sebelum lemak di hatimu terbakar, lalu kau pandai menghafal warna gelasmu sendiri. Anak lelaki harus bisa menggantikan bapaknya memandikan rumah dan merubuhkan jembatan layang. Ibuku terus merindukan anak lelaki itu. Ia berulang kali memanggilnya di kolong ranjang, sementara mulutnya dipenuhi oleh sesobek gambar buram. Anak lelaki itu tersesat di dalam gambar buram itu dan tak bisa pulang untuk mengisi bak kamar mandi. Ibuku ingin menolongnya tapi tak bisa, hatinya membesar menekan lambungnya. Ibuku pun kini larut merenangi sejarum antibiotik. Lidahnya menolak keras menekuk sebuah lorong di antara rumah ini dan taman itu.  Taman yang banyak dihiasi oleh bangkai rayuan para penyair.

Aku belum akan pergi. Kesempatan paling hitam di dadamu. Mungkin mimpi itu terlalu riuh serupa musik di kepala yang cabul. Bersahutan membelah pilar jalan tol yang dia kencingi tengah malam tadi. Aku mencoba mengerti dan tetap di sini. Mengganti sprei kumuh ini atau memberinya obat sariawan. Kau memintaku menikahi waktu dan bibirmu. Namun serupa lampu yang menerangi amarah kota, kita terlihat lebih asli dan buruk rupa. Bernyanyilah sesudah dugaanmu salah dan dia berhenti berbicara. 

Ini bukan basabasi sayangku. dan puisi itu bukan ranjangmu..

Selatan jakarta 06102013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar